Dalam dunia game yang terus berkembang, genre survival dan sandbox telah mencuri perhatian banyak pemain. Game-game ini menawarkan kebebasan tanpa batas, di mana pemain dapat mengeksplorasi, membangun, dan bertahan hidup di dunia virtual. Namun, di balik keseruan tersebut, terdapat fenomena anti sosial yang mulai mencuat. Fenomena ini tidak hanya mempengaruhi cara bermain tetapi juga kehidupan nyata pemain, seperti penurunan konsentrasi dan isolasi sosial.
Game survival dan sandbox sering kali memerlukan waktu bermain yang lama. Hal ini dapat menyebabkan pemain terjebak dalam dunia game, mengabaikan interaksi sosial di dunia nyata. Sistem dalam game seperti skill/ability system dan gacha system dapat memperparah kondisi ini, di mana pemain terus menerus berusaha untuk meningkatkan kemampuan atau mendapatkan item langka.
Selain itu, beberapa game juga menawarkan simulasi sosial yang ironisnya dapat memperkuat perilaku anti sosial. Pemain mungkin lebih memilih berinteraksi dengan karakter dalam game daripada orang di sekitar mereka. Ini adalah tantangan besar bagi pengembang game dan masyarakat untuk menemukan keseimbangan antara kesenangan bermain game dan kehidupan sosial yang sehat.
Untuk mengurangi dampak negatif ini, penting bagi pemain untuk membatasi waktu bermain dan tetap menjaga interaksi sosial. Pengembang game juga dapat berperan dengan menciptakan mekanisme yang mendorong interaksi sosial positif di dalam game. Dengan demikian, game survival dan sandbox dapat dinikmati tanpa mengorbankan kehidupan sosial pemain.